Disaster Recovery Plan, Solusi Menangani Kegagalan Dalam Manajemen Proyek

Dalam sebuah perencanaan proyek sistem informasi, dibutuhkan berbagai macam komponen yang terlibat didalamnya. Salah satu hal yang sering diabaikan oleh manajer proyek sistem informasi dalam melakukan perencanaan adalah menghitung, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, resiko apa saja yang akan terjadi dalam proses pengerjaan. Beberapa resiko yang sering terjadi dapat berupa kesulitan dari sisi biaya (cost) serta penjadwalan (schedulling). Akibat yang terjadi dapat mulai dari pengerjaan proyek dapat tertunda hingga ke efek paling fatal yaitu gagalnya pengerjaan proyek. Resiko yang lain dapat terjadi berasal dari factor non teknis, misal musibah yang menimpa anggota tim, ketidakharmonisan antar anggota tim, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu dapat menjadi sebuah kendala tersendiri dalam pengerjaan proyek sistem informasi. Dari seluruh resiko yang telah disebutkan, maka seorang manajer proyek wajib menganalisa pula manajemen resiko yang harus dihadapi dalam pengerjaan nantinya. Seluruh resiko tersebut dapat dianalisa dari berbagai sudut pandang, tetapi dengan melakukan kontemplasi pandangan terhadap seluruh penyebab tersebut, maka tak pelak bagi manajer proyek harus menerapkan disaster recovery planning demi kelangsungan proyek secara keseluruhan. Pada essay ini, saya akan sedikit menjelaskan mengenai paper dari IBM yang berjudul ”Disaster Recovery Planning : Weighing your customer’s options”. Paper itu menjelaskan bahwa setiap backup data dan mengembangkan rencana untuk mengembalikan bukanlah langkah pertama dalam business continuity planning (BCP), Tanpa backup solid dan disaster recovery plan, itu semua masih sebuah landasan. Untuk melindungi terhadap scenario bencana, backup dan DSP diperlukan untuk memastikan supaya klien dapat melanjutkan business operations. Tiga cara yang paling umum untuk backup data adalah membuat tape backups, menggunakan jasa backup online, dan memindah data ke mirror atau data center lain atau kantor cabang lain.

Tape backup
Perangkat yang murah tetapi lambat dibutuhkan secara fisik untuk diangkut ke lokasi yang aman. Perangkat ini juga bisa berat jika klien mempunyai backup data yang banyak, dank lien harus mempertahankan mesin supaya dapat membacanya.

Remote backup through an online service
Jasa backup online dari perusahaan seperti EVault atau AmeriVault, memiliki keuntungan menyimpan data di lokasi berbeda. Berhubung lokasi tersebut jauhnya bisa mencapai ribuan mil, maka aman dari bencana daerah/lokal seperti gempa bumi, sehingga dianggap sebagai solusi dari DSP yang efektif. Di sisi lain, layanan backup online mungkin tidak ekonomis untuk volume data yang tinggi, terutama jika klien ingin membackup variasi dari versi data/file , kata Thordarson.

Mirroring to an alternate site
Tape dan backup online memang bagus untuk menyimpan data klien, tetapi itu tidak menyelesaikan masalah saat memulihkan sistem saat data berada terutama jika bencana mengetuk situs utama. Oleh karena itu, klien membutuhkan mirror data ke situs lain supaya mengkombinasikan penyimpanan dan server berlebihan memuat dengan aplikasi yang tepat.


Referensi:

http://repository.upnyk.ac.id/636/1/C-6.pdf
http://docs.media.bitpipe.com/io_10x/io_105261/item_546277/IBM_sSystemsChannel_IO%23105261_E-Guide_060112_LI5546277.pdf

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Disaster Recovery Plan, Solusi Menangani Kegagalan Dalam Manajemen Proyek"

Post a Comment